Sejarah Duel El Clasico (Real Madrid Vs Barcelona) - Duel El Clasico jika diartikan dalam bahasa Inggris disebut dengan The Classic dan dalam bahasa Indonesia berarti klasik, merupakan sebuah derby yang mempertemukan dua klub raksasa Spanyol yaitu Real Madrid dan FC Barcelona. El Clasico edisi pertama terjadi pada 17 Februari 1929, dimana tim tamu Real Madrid unggul tipis 1-2 atas Barcelona dikala itu.
Permusuhan antara Barcelona dan Real Madrid bermula pada masa Franco. Siapa Franco ini? Dia adalah seorang Jenderal yang menjadi penguasa diktator di Spanyol pada tahun 1930-an. Barcelona, sampai sekarang, adalah ibukota dari Provinsi Catalonia, yang sebagian besar penduduknya adalah dari suku bangsa Catalan dan Basque.
Sejak dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah penjajahan Spanyol. Oleh karena itu, setiap laga El-Clasico pendukung Barca terlihat kerap membawa benderanya sendiri, bukan bendera Spanyol.
Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.
Franco kemudian bertindak lebih jauh. Josep Suol, Presiden Barcelona waktu itu, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona diinstruksikan (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid.
Sejak dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah penjajahan Spanyol. Oleh karena itu, setiap laga El-Clasico pendukung Barca terlihat kerap membawa benderanya sendiri, bukan bendera Spanyol.
Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.
Franco kemudian bertindak lebih jauh. Josep Suol, Presiden Barcelona waktu itu, dibunuh oleh pihak militer pada tahun 1936, dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona diinstruksikan (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid.
Barcelona kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan mencetak 1 gol. Skor akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan apengaturan pertandingan dan dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya.
Sejak saat itu FC Barcelona menjadi semacam klub anti-franco dan menjadi simbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap Spanyol. Ada juga klub-klub lain di Catalonia seperti Athletic Bilbao dan Espanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya untuk hanya merekrut pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi prestasi tidak sementereng Barcelona.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Pada tahun 50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real Madrid yang waktu itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai anak emas Franco sejak tahun 1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar untuk belanja pemain. Barcelona sendiri, pada 2 dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4 kali liga spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali piala Inter City Honest (yang kemudian menjadi UEFA Cup).
Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu legenda Barcelona, Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan persnya ketika diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih Barcelona dibanding Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di sebuah klub yang diasosiasikan dengan Franco.
Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri dengan skor 5-0 (!).
Pada tahun itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Eropa, dan memberi nama anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi. Statusnya sebagai legenda menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada akhirnya tidak pernah bisa sebesar ayahnya. Karir sepakbolanya lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker, meski sempat beberapa tahun memperkuat Manchester United.
Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih sehat. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang spesial.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el classico sebagai sebuah perang, bukan sekedar pertandingan sepak bola.
Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan 'serdadu' perang, bukan sebuah 'kesebelasan' sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub:
"Anda boleh kalah dari siapa saja di liga ini, tapi JANGAN sampai kalah dari Real Madrid...!!
Meski begitu di dalam lapangan, peperangan ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik.
Transfer pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini, perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatans Figo mungkin adalah salah seorang yang paling mengerti mengenai hal ini.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Akan tetapi, pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola.
Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Pada tahun 50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real Madrid yang waktu itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai anak emas Franco sejak tahun 1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar untuk belanja pemain. Barcelona sendiri, pada 2 dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4 kali liga spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali piala Inter City Honest (yang kemudian menjadi UEFA Cup).
Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu legenda Barcelona, Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan persnya ketika diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih Barcelona dibanding Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di sebuah klub yang diasosiasikan dengan Franco.
Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri dengan skor 5-0 (!).
Pada tahun itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Eropa, dan memberi nama anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi. Statusnya sebagai legenda menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada akhirnya tidak pernah bisa sebesar ayahnya. Karir sepakbolanya lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker, meski sempat beberapa tahun memperkuat Manchester United.
Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih sehat. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang spesial.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el classico sebagai sebuah perang, bukan sekedar pertandingan sepak bola.
Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan 'serdadu' perang, bukan sebuah 'kesebelasan' sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub:
"Anda boleh kalah dari siapa saja di liga ini, tapi JANGAN sampai kalah dari Real Madrid...!!
Meski begitu di dalam lapangan, peperangan ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik.
Transfer pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini, perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatans Figo mungkin adalah salah seorang yang paling mengerti mengenai hal ini.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Akan tetapi, pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola.
Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup.
Seorang pendukung Barcelona di tengah-tengah pertandingan berhasil menerobos pagar petugas keamanan, sambil memakai bendera Barcelona sebagai jubah, kemudian berlari ke arah Figo membawa sebuah hadiah istimewa, yakni:
Sebuah kepala babi, lengkap dengan darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo.
Figo sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah simbol keserakahan dan pengkhianatan.
Dalam hal prestasi, Real Madrid memang masih di atas Barcelona. Jarak prestasi itu terjadi terutama pada tahun 1950-1970an, ketika Real Madrid menjadi anak emas Franco dan memiliki kekuatan finansial jauh diatas Barcelona untuk membeli bintang-bintang sepakbola nan bersinar dari seluruh dunia dan tradisi itu masih berlanjut hingga sekarang.
Rekor Pertemuan
Bicara rekor pertemuan antara Barca dan Real Madrid tentu punya catatan yang panjang. Keduanya sama-sama hebat dan sering saling mengalahkan. Meski demikian, secara total Madrid masih lebih unggul dari Barcelona. Dalam 162 laga yang telah dijalani kedua tim di ajang La Liga, Madrid berhasil menang 68 kali. Sementara El Barca hanya mengoleksi 63 kemenangan, sedangkan 31 laga sisanya berakhir dengan hasil imbang.
Berikut ini rekor pertemuan El Clasico :
La Liga :
Total pertandingan = 162
Real Madrid menang = 68 menang, 259 gol
FC Barcelona menang = 63 menang, 253 gol
Imbang = 31
Skor Terbesar = Madrid 11-1 Barcelona (3 Februari 1942)
Copa del Rey :
Total pertandingan = 29
Real Madrid menang = 10 menang, 56 gol
Barcelona menang = 14 menang, 59 gol
Imbang = 5
Skor Terbesar = Madrid 6-6 Barcelona (Semifinal 1916)
Spanish Super Cup :
Total pertandingan = 10
Real Madrid menang = 5 menang, 21 gol
Barcelona menang = 3 menang, 13 gol
Imbang = 2
Skor Terbesar = Madrid 4-1 Barcelona (1997-1998)
Liga Champions :
Total pertandingan = 8
Real Madrid menang = 3 menang, 13 gol
Barcelona menang = 2 menang, 10 gol
Imbang = 3
Skor Terbesar = Madrid 3-1 Barcelona (Semifinal 1959-1960)
Sebuah kepala babi, lengkap dengan darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo.
Figo sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah simbol keserakahan dan pengkhianatan.
Dalam hal prestasi, Real Madrid memang masih di atas Barcelona. Jarak prestasi itu terjadi terutama pada tahun 1950-1970an, ketika Real Madrid menjadi anak emas Franco dan memiliki kekuatan finansial jauh diatas Barcelona untuk membeli bintang-bintang sepakbola nan bersinar dari seluruh dunia dan tradisi itu masih berlanjut hingga sekarang.
Rekor Pertemuan
Bicara rekor pertemuan antara Barca dan Real Madrid tentu punya catatan yang panjang. Keduanya sama-sama hebat dan sering saling mengalahkan. Meski demikian, secara total Madrid masih lebih unggul dari Barcelona. Dalam 162 laga yang telah dijalani kedua tim di ajang La Liga, Madrid berhasil menang 68 kali. Sementara El Barca hanya mengoleksi 63 kemenangan, sedangkan 31 laga sisanya berakhir dengan hasil imbang.
Berikut ini rekor pertemuan El Clasico :
La Liga :
Total pertandingan = 162
Real Madrid menang = 68 menang, 259 gol
FC Barcelona menang = 63 menang, 253 gol
Imbang = 31
Skor Terbesar = Madrid 11-1 Barcelona (3 Februari 1942)
Copa del Rey :
Total pertandingan = 29
Real Madrid menang = 10 menang, 56 gol
Barcelona menang = 14 menang, 59 gol
Imbang = 5
Skor Terbesar = Madrid 6-6 Barcelona (Semifinal 1916)
Spanish Super Cup :
Total pertandingan = 10
Real Madrid menang = 5 menang, 21 gol
Barcelona menang = 3 menang, 13 gol
Imbang = 2
Skor Terbesar = Madrid 4-1 Barcelona (1997-1998)
Liga Champions :
Total pertandingan = 8
Real Madrid menang = 3 menang, 13 gol
Barcelona menang = 2 menang, 10 gol
Imbang = 3
Skor Terbesar = Madrid 3-1 Barcelona (Semifinal 1959-1960)
Beberapa Sejarah Lain Dari El Classico
Latar Belakang Sejarah
Zaman dahulu Spanyol pernah dijajah oleh kaum Moor dari Afrika Utara.Daerah Kerajaan Aragon (Etnis Catalan)yang tak pernah merasakan penjajahan menjadi Kerajaan Kristen satu-satunya yang berada di Spanyol utara yang tak tersentuh oleh invansi bangsa Moor. Pada abad ke 14 Kerajaan Spanyol bersatu yang terbentuk setelah penguasa Kerajaan Aragon (Catalan) dan Castila (secara umum spanyol) yang akhirnya membentuk Kerajaan Spanyol Modern. Namun kehadiran catalonia seperti "anak haram" yang tidak diinginkan oleh Spanyol itu sendiri yang akhirnya menjadi duri dalam daging bagi kedua pihak yang bersangkutan. Pada perang saudara Spanyol tahun 1936 Fransisco Franco banyak membantai etnis catalonia yang membuat masalah pertikaian antara etnis ini semakin memanas.
Kebanggaan Kerajaan vs Kebanggan Si Anak Haram
Real Madrid yang notabenenya adalah klub yang mewakili kerajaan Spanyol dalam pentas liga Spanyol menjadi klub tersukses dalam sejarah liga negara tersebut. Namun dari belakang, Publik Catalonia juga memiliki kebanggan tersendiri yaitu FC Barcelona yang mewakili perjuangan rakyat catalonia melalui Sepak Bola. Intrik Politik, Ekonomi, Etnis, Budaya, Wilayah, serta keindahan sepak bola itu sendiri membuat el clasico menjadi salah satu seri sepak bola yang paling unik sepanjang masa yang akhirnya membuat setiap episode dari el clasico menjadi episode yang sangat dramatis dalam sejarah sepak bola dunia.
Arti Nama El Clasico
El Clasico adalah nama yang diberikan ketika mempertemukan dua klub raksasa Sepak Bola asal Spanyol antara Barcelona vs Real Madrid. Setiap tahunnya El Clasico dipastikan mempertemukan sebagai bagian dari kompetisi La Liga Spanyol, dengan maksimum sembilan pertandingan tahun, dengan dua tambahan di Copa del Rey, Liga Champions, dan Supercopa de Espana, dengan kemungkinan lain dalam Piala Super UEFA dan Liga Champions.
Madrid dan Barcelona merupakan dua klub Bola dan Entitas terbesar di negara Spanyol, jika kita membandingakan kotanya, kedua kota tersebut merupakan kota terbesar di Spanyol. Jika berbicara klub sepakbola, keduanya merupakan dua klub besar,paling sukses, paling kaya , dan juga memiliki basis fans yang paling banyak di negara Spanyol (belum termasuk fans dari luar negara Spanyol). Kedua stadion mereka ( stadion Santiago Bernabeu dan Nou Camp) sudah seperti rumah ibadah bagi kedua fans, yang dianggap sangat suci oleh fans Madrid dan Barca, dan haram hukumnya melihat kesebelasan kesayangan mereka kalah di kandangnya sendiri.
Rivalitas kedua klub ini awalnya bermula dari partai-partai politik yang menggunakan media sepakbola sebagai salah satu cara untuk meraih banyak massa, lalu berubah menjadi pertarungan budaya antar kaum Castille (kerajaan) yang diwakili oleh Real Madrid dan kaum cataluna yang diwakili oleh Barcelona. Dan di era modern sekaragn rivalitas ini berubah menjadi sebuah pertaruhan ideologi sepakbola masing-masing, kedua klub mengklaim bahwa mereka lebih baik dari rivalnya.
Sepanjang Sejarah El Clasico, Barca dan Madrid sudah bertemu 165 kali di La Liga, dan 221 kali di semua ajang. Si Putih kesayangan Kerajaan Spanyol secara overall masih unggul dalam rekorhead-to-head atas anak-anak Catalonia, daerah otonomi yang dulu tertindas semasa rezim Jenderal Franco dan dianggap pemberontak lantaran ingin memisahkan diri (bukan rahasia lagi bahwa rivalitas kewilayahan inilah yang memicu kebencian hebat di antara kedua kubu meski di era modern alasan tersebut tampak kurang valid lagi).
Zaman dahulu Spanyol pernah dijajah oleh kaum Moor dari Afrika Utara.Daerah Kerajaan Aragon (Etnis Catalan)yang tak pernah merasakan penjajahan menjadi Kerajaan Kristen satu-satunya yang berada di Spanyol utara yang tak tersentuh oleh invansi bangsa Moor. Pada abad ke 14 Kerajaan Spanyol bersatu yang terbentuk setelah penguasa Kerajaan Aragon (Catalan) dan Castila (secara umum spanyol) yang akhirnya membentuk Kerajaan Spanyol Modern. Namun kehadiran catalonia seperti "anak haram" yang tidak diinginkan oleh Spanyol itu sendiri yang akhirnya menjadi duri dalam daging bagi kedua pihak yang bersangkutan. Pada perang saudara Spanyol tahun 1936 Fransisco Franco banyak membantai etnis catalonia yang membuat masalah pertikaian antara etnis ini semakin memanas.
Kebanggaan Kerajaan vs Kebanggan Si Anak Haram
Real Madrid yang notabenenya adalah klub yang mewakili kerajaan Spanyol dalam pentas liga Spanyol menjadi klub tersukses dalam sejarah liga negara tersebut. Namun dari belakang, Publik Catalonia juga memiliki kebanggan tersendiri yaitu FC Barcelona yang mewakili perjuangan rakyat catalonia melalui Sepak Bola. Intrik Politik, Ekonomi, Etnis, Budaya, Wilayah, serta keindahan sepak bola itu sendiri membuat el clasico menjadi salah satu seri sepak bola yang paling unik sepanjang masa yang akhirnya membuat setiap episode dari el clasico menjadi episode yang sangat dramatis dalam sejarah sepak bola dunia.
Arti Nama El Clasico
El Clasico adalah nama yang diberikan ketika mempertemukan dua klub raksasa Sepak Bola asal Spanyol antara Barcelona vs Real Madrid. Setiap tahunnya El Clasico dipastikan mempertemukan sebagai bagian dari kompetisi La Liga Spanyol, dengan maksimum sembilan pertandingan tahun, dengan dua tambahan di Copa del Rey, Liga Champions, dan Supercopa de Espana, dengan kemungkinan lain dalam Piala Super UEFA dan Liga Champions.
Madrid dan Barcelona merupakan dua klub Bola dan Entitas terbesar di negara Spanyol, jika kita membandingakan kotanya, kedua kota tersebut merupakan kota terbesar di Spanyol. Jika berbicara klub sepakbola, keduanya merupakan dua klub besar,paling sukses, paling kaya , dan juga memiliki basis fans yang paling banyak di negara Spanyol (belum termasuk fans dari luar negara Spanyol). Kedua stadion mereka ( stadion Santiago Bernabeu dan Nou Camp) sudah seperti rumah ibadah bagi kedua fans, yang dianggap sangat suci oleh fans Madrid dan Barca, dan haram hukumnya melihat kesebelasan kesayangan mereka kalah di kandangnya sendiri.
Rivalitas kedua klub ini awalnya bermula dari partai-partai politik yang menggunakan media sepakbola sebagai salah satu cara untuk meraih banyak massa, lalu berubah menjadi pertarungan budaya antar kaum Castille (kerajaan) yang diwakili oleh Real Madrid dan kaum cataluna yang diwakili oleh Barcelona. Dan di era modern sekaragn rivalitas ini berubah menjadi sebuah pertaruhan ideologi sepakbola masing-masing, kedua klub mengklaim bahwa mereka lebih baik dari rivalnya.
Sepanjang Sejarah El Clasico, Barca dan Madrid sudah bertemu 165 kali di La Liga, dan 221 kali di semua ajang. Si Putih kesayangan Kerajaan Spanyol secara overall masih unggul dalam rekorhead-to-head atas anak-anak Catalonia, daerah otonomi yang dulu tertindas semasa rezim Jenderal Franco dan dianggap pemberontak lantaran ingin memisahkan diri (bukan rahasia lagi bahwa rivalitas kewilayahan inilah yang memicu kebencian hebat di antara kedua kubu meski di era modern alasan tersebut tampak kurang valid lagi).
Sumber :
1. http://www.websejarah.com/2013/03/sejarah-pertandingan-duel-el-clasico.html
2. http://www.kumpulansejarah.com/2013/02/sejarah-panjang-duel-el-clasico.html
Artikel Terkait
0 komentar... Baca dulu, baru komentar
Posting Komentar