Sejarah Makanan/Masakan Rendang Minangkabau - Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Sejarahnya :
Asal-usul rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian. Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas Andalas, Prof. Dr. Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.”[6] Hal ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya, sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Rendang juga disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Kelahiran rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
Rendang kian termahsyur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budaya merantau suku Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas.
Rendang juga menjadi makanan yang disajikan khusus untuk hari raya Idul Adha. Banyaknya daging kurban membuat masyarakat Padang berlomba-lomba memasak rendang.
Secara filosofi adat dan budaya Minangkabau, Rendang memiliki posisi terhormat. Rendang yang terdiri dari 4 bahan pokok, mengandung makna, yaitu :
1. Dagiang (Daging Sapi), sebagai bahan utama, pelambang Niniak Mamak dan bundo kanduangyang akan memberi kemakmuran pada anak kemenakan dan anak pisang.
2. Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai (Kaum Intelektual), yang akan merekatkebersamaan kelompok dan individu
3. Lado (Sambal), merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan syarak(agama),4 Pemasak (Bumbu), peran funsional setiap individu dalam kehidupan berkelompok dan dimerupakan unsur yang penting dalam hidup kebersamaan masyarakat Minang.
1. Dagiang (Daging Sapi), sebagai bahan utama, pelambang Niniak Mamak dan bundo kanduangyang akan memberi kemakmuran pada anak kemenakan dan anak pisang.
2. Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai (Kaum Intelektual), yang akan merekatkebersamaan kelompok dan individu
3. Lado (Sambal), merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan syarak(agama),4 Pemasak (Bumbu), peran funsional setiap individu dalam kehidupan berkelompok dan dimerupakan unsur yang penting dalam hidup kebersamaan masyarakat Minang.
Resepnya :
- 1 kilo daging sapi
- 12 gelas santan dari 3 butir kelapa
- 2 biji asam kandis
- 1 batang serai, memarkan
- 1 lembar daun kunyit
- 2 lembar daun jeruk purut
- Garam secukupnya
Haluskan :
- 1 ons cabe merah
- 15 buah bawang merah
- 6 siung bawang putih
- 5 buah kemiri
- 2 cm jahe
- 3 cm laos (yang ini tidak perlu dihaluskan, cukup di keprak saja)
Cara membuat rendang daging padang :
- Daging dipotong2 sesuai selera.
- Dalam wajan: rebus santan dengan bumbu-bumbu yang dihaluskan plus daun-daun dan asam kandis.
- Aduk terus sampai mengental agar santannya tidak pecah. Kalau sudah mulai keluar minyak masukan potongan-potongan daging
- Aduk terus dan dimasak dengan api sedang. Kalau mau dihitamkan kecilkan apinya.
Sumber :
1. http://rilisindonesia.com/lainnya/kuliner/280-rendang-pedas-khas-minang-sumbar
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Rendang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar