Rabu, 04 September 2013

Sejarah Perkembangan Adanya Puisi Di Dunia

Sejarah Perkembangan Adanya Puisi Di Dunia - Puisi merupakan karya tulis yang sangat indah yang pernah ada. Siapapun orangnya yang membaca puisi akan merasa takjub dan kagum melihat isi atau makna dari puisi yang terkandung. Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.

Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.

Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

2. Jenis - Jenis Puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru :

A. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :

  1.         Jumlah kata dalam 1 baris
  2.         Jumlah baris dalam 1 bait
  3.         Persajakan (rima)
  4.         Banyak suku kata tiap baris
  5.         Irama

Ciri puisi lama:

  1.     Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
  2.     Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  3.     Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama

 Mantra
 adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.

Contoh:

    Assalammu’alaikum putri satulung besar
    Yang beralun berilir simayang
    Mari kecil, kemari
    Aku menyanggul rambutmu
    Aku membawa sadap gading
    Akan membasuh mukamu


Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.

Contoh:

    Kalau ada jarum patah
    Jangan dimasukkan ke dalam peti
    Kalau ada kataku yang salah
    Jangan dimasukkan ke dalam hati

 Karmina
 adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.

Contoh:

    Dahulu parang sekarang besi (a)
    Dahulu sayang sekarang benci (a)

Seloka 
adalah pantun berkait.

Contoh:

    Lurus jalan ke Payakumbuh,
    Kayu jati bertimbal jalan
    Di mana hati tak kan rusuh,
    Ibu mati bapak berjalan


Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.

Contoh:

    Kurang pikir kurang siasat (a)
    Tentu dirimu akan tersesat (a)
    Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
    Bagai rumah tiada bertiang (b)
    Jika suami tiada berhati lurus (c)
    Istri pun kelak menjadi kurus (c)


Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

Contoh:

    Pada zaman dahulu kala (a)
    Tersebutlah sebuah cerita (a)
    Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
    Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

 Talibun
 adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Contoh:

    Kalau anak pergi ke pekan
    Yu beli belanak pun beli sampiran
    Ikan panjang beli dahulu

    Kalau anak pergi berjalan
    Ibu cari sanak pun cari isi
    Induk semang cari dahulu


B. Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:

  1.         Bentuknya rapi, simetris;
  2.         Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  3.         Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  4.         Sebagian besar puisi empat seuntai;
  5.         Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  6.         Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.


Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :

 Balada

adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.


 Himne

adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.

Contoh:

    Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
    Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
    Menggeliat derita pada lekuk dan liku
    bawah sayatan khianat dan dusta.
    Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
    menitikkan darah dari tangan dan kaki
    dari mahkota duri dan membulan paku
    Yang dikarati oleh dosa manusia.
    Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
    dunia kehilangan sumber kasih
    Besarlah mereka yang dalam nestapa
    mengenal-Mu tersalib di datam hati.
    (Saini S.K)


Ode

adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

Contoh:

    Generasi Sekarang
    Di atas puncak gunung fantasi
    Berdiri aku, dan dari sana
    Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
    Generasi sekarang di panjang masa

    Menciptakan kemegahan baru
    Pantun keindahan Indonesia
    Yang jadi kenang-kenangan
    Pada zaman dalam dunia
    (Asmara Hadi)


Epigram

adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

Contoh:

    Hari ini tak ada tempat berdiri
    Sikap lamban berarti mati
    Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
    Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
    (Iqbal)


Romansa

adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra


Elegi

adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

Contoh:

    Senja di Pelabuhan Kecil

    Ini kali tidak ada yang mencari cinta
    di antara gudang, rumah tua, pada cerita
    tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
    menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

    Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
    menyinggung muram, desir hari lari berenang
    menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
    dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
    Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
    menyisir semenanjung, masih pengap harap
    sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
    dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
    (Chairil Anwar)


Satire

adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)

Contoh:

    Aku bertanya
    tetapi pertanyaan-pertanyaanku
    membentur jidat penyair-penyair salon,
    yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
    sementara ketidakadilan terjadi
    di sampingnya,
    dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
    termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
    (WS Rendra)

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

    Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).

Contoh:

    Berkali kita gagal
    Ulangi lagi dan cari akal
    Berkali-kali kita jatuh
    Kembali berdiri jangan mengeluh
    (Or. Mandank)

    Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).

Contoh:

    Dalam ribaan bahagia datang
    Tersenyum bagai kencana
    Mengharum bagai cendana
    Dalam bah’gia cinta tiba melayang
    Bersinar bagai matahari
    Mewarna bagaikan sari
    (Sanusi Pane)

    Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).

Contoh :

    Mendatang-datang jua
    Kenangan masa lampau
    Menghilang muncul jua
    Yang dulu sinau silau
    Membayang rupa jua
    Adi kanda lama lalu
    Membuat hati jua
    Layu lipu rindu-sendu
    (A.M. Daeng Myala)

    Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).

    Hanya Kepada Tuan
    Satu-satu perasaan
    Hanya dapat saya katakan
    Kepada tuan
    Yang pernah merasakan
    Satu-satu kegelisahan
    Yang saya serahkan
    Hanya dapat saya kisahkan
    Kepada tuan
    Yang pernah diresah gelisahkan
    Satu-satu kenyataan
    Yang bisa dirasakan
    Hanya dapat saya nyatakan
    Kepada tuan
    Yang enggan menerima kenyataan
    (Or. Mandank)

    Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).

Contoh:

    Merindu Bagia
    Jika hari’lah tengah malam
    Angin berhenti dari bernapas
    Sukma jiwaku rasa tenggelam
    Dalam laut tidak terwatas
    Menangis hati diiris sedih
    (Ipih)

    Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).

Contoh:

    Indonesia Tumpah Darahku
    Duduk di pantai tanah yang permai
    Tempat gelombang pecah berderai
    Berbuih putih di pasir terderai
    Tampaklah pulau di lautan hijau
    Gunung gemunung bagus rupanya
    Ditimpah air mulia tampaknya
    Tumpah darahku Indonesia namanya
    (Mohammad Yamin)

    Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

Contoh:

    Awan
    Awan datang melayang perlahan
    Serasa bermimpi, serasa berangan
    Bertambah lama, lupa di diri
    Bertambah halus akhirnya seri
    Dan bentuk menjadi hilang
    Dalam langit biru gemilang
    Demikian jiwaku lenyap sekarang
    Dalam kehidupan teguh tenang
    (Sanusi Pane)


Soneta
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).

Contoh:

    Gembala
    Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
    Melihat anak berelagu dendang ( b )
    Seorang saja di tengah padang ( b )
    Tiada berbaju buka kepala ( a )
    Beginilah nasib anak gembala ( a )
    Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
    Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
    Pulang ke rumah di senja kala ( a )
    Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
    Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
    Melagukan alam nan molek permai ( a )
    Wahai gembala di segara hijau ( c )
    Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
    Maulah aku menurutkan dikau ( c )
    (Muhammad Yamin)


C. Puisi Kontemporer

Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:

    Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
    Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
    Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita

Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu

    Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:

    Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
    Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
    Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.

Contoh:

    Shang Hai

    ping di atas pong
    pong di atas ping
    ping ping bilang pong
    pong pong bilang ping

    mau pong? bilang ping
    mau mau bilang pong
    mau ping? bilang pong
    mau mau bilang ping

    ya pong ya ping
    ya ping ya pong
    tak ya pong tak ya ping
    ya tak ping ya tak pong
    sembilu jarakMu merancap nyaring
    (Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)

    Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:

    Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).

Contoh:

    Sajak Sikat Gigi

    Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
    Di dalam tidur ia bermimpi
    Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

    Ketika ia bangun pagi hari
    Sikat giginya tinggal sepotong
    Sepotong yang hilang itu agaknya
    Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
    Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
    (Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)

    Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
    Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.

    Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

Contoh:

    Doktorandus Tikus I

    selusin toga
    me
    nga
    nga
    seratus tikus berkampus
    diatasnya
    dosen dijerat
    profesor diracun
    kucing
    kawin
    dan bunting
    dengan predikat
    sangat memuaskan
    (F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

    Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.


    Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.


    Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.


    Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

D. Sejarah Puisi
Sejarah Perkembangan Adanya Puisi di duniaPuisi sebagai bentuk seni dapat mendahului melek. Banyak karya kuno, dari Veda India (1700-1200 SM) dan Zoroaster's Gathas (1.200-900 SM) ke Odyssey (800-675 SM), tampaknya telah disusun dalam bentuk puisi untuk membantu menghafal dan lisan, dalam prasejarah dan masyarakat kuno. Puisi muncul di antara catatan-catatan paling awal kebudayaan paling melek huruf, dengan puitis fragmen-fragmen yang ditemukan pada awal monolit, runestones, dan stelae.

E. Tradisi Barat
Puisi yang tertua adalah Epos Gilgames, dari milenium ke-3 SM di Sumeria (di Mesopotamia, sekarang Irak), yang ditulis dalam naskah tulisan kuno berbentuk baji pada tablet tanah liat dan, kemudian, papirus. puisi epik kuno lainnya termasuk Yunani epos Illiad dan Odyssey, Old Iran buku-buku yang Gathic dan Yasna Avesta, epik nasional Romawi, Virgil Aeneid, dan India epos Ramayana dan Mahabharata.

Upaya para pemikir kuno untuk menentukan apa yang membuat puisi khas sebagai bentuk, dan apa yang membedakan puisi yang baik dari buruk, mengakibatkan dalam "puisi"-studi tentang estetika puisi. Beberapa masyarakat kuno, seperti Cina melalui Shi Jing, salah satu dari Lima Klasik Konfusianisme, dikembangkan kanon dari karya-karya puitis yang ritual serta pentingnya estetika. Baru-baru ini, para pemikir telah berjuang untuk menemukan definisi yang bisa mencakup perbedaan formal sama besarnya dengan yang antara Chaucer Canterbury Tales dan Matsuo Oku Bashō itu tidak Hosomichi, serta perbedaan dalam konteks agama Tanakh mencakup puisi, puisi cinta, dan rap.

Context dapat penting untuk puisi dan pengembangan genre dan bentuk puitis. Puisi yang mencatat peristiwa bersejarah dalam epos, seperti Gilgames atau Firdausi's Shahnameh,akan selalu menjadi panjang dan narasi, sementara puisi yang digunakan untuk keperluan liturgi (lagu pujian, mazmur, suras, dan hadis-hadis) cenderung memiliki inspirasi nada, sedangkan elegi dan tragedi yang dimaksudkan untuk menimbulkan tanggapan emosional yang dalam. Konteks lain termasuk nyanyian Gregorian, formal atau diplomatik pidato,retorika politik dan makian, cahaya-hati pembibitan dan omong kosong sajak, dan bahkan teks-teks kedokteran.

Sejarawan Polandia estetika, Władysław Tatarkiewicz, dalam sebuah makalah tentang "Konsep Puisi," jejak evolusi dari apa yang sebenarnya dua konsep puisi. Tatarkiewicz menunjukkan bahwa istilah tersebut diterapkan pada dua hal yang berbeda, sebagai penyair Paul Valéry mengamati, "pada titik tertentu menemukan persatuan. Puisi adalah seni berdasarkan bahasa. Tapi puisi juga memiliki arti yang lebih umum yang sulit untuk menentukan karena kurang determinate: puisi mengekspresikan suatu keadaan pikiran tertentu. "

Sumber :
1. http://www.websejarah.com/2013/03/sejarah-perkembangan-adanya-puisi-di.html
2. http://www.bobypr.com/sejarah-dan-perkembangan-puisi.xhtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar